(BUKAN) FLU (BABI)

Slurp….menyeruput the hangat sore hari…ah, nikmat, apalagi ada angin sepoi-sepoi sore begini. Jarang-jarang banget bisa menikmati angin sore seperti ini, biasanya juga angin dari mesin pendingin alias AC. Hatsyiiii… yaelah, baru juga sebentar, menikmati anginnya. Dasar emang badannya belum fit, giliran mau ajimumpung, eh malah bersin-bersin parah.

Iya rekan bloggers sekalian, (halah…. macam penyiar radio aja), hari ini saya terpaksa (bo’ong dink, saya seneng…) tidak masuk kantor, karena flu (bukan babi) ini yang sudah 2 hari merusak weekend saya ternyata belum mereda juga. Well, ok, sepenuhnya bukan salah flu saya, flu itu justru bentuk protes dari tubuh saya, karena telah saya perlakukan semena-mena belakangan ini. Hm….saya sih merasa sudah cukup istirahat dan asupan makanan pun (rasanya) cukup-cukup saja. Well, mana tahu ternyata buat tubuh saya itu belum cukup.  Belum lagi ketika badan saya mulai menunjukkan gejala akan protes itu, saya malah masih sibuk wara-wiri, tidak lupa menyogok badan saya dengan vitamin C sambil ngarep.com flu-nya jadi minder,ternyata, kagak ngaruh.net.

Berhubung saya-nya juga lagi lebay, mengatasnamakan sakit, saya merajuk sama si bibib minta ditemenin makan bubur ayam di barito. Hihihihi, untung dia ngga banyak nanya kenapa harus bubur ayam itu, pokoknya langsung tancap gas, brangkatttt….!!! Hayoooo sapa yang mau, bubur ayam ending markonah yang ada di barito itu, dengan asesoris melimpah berupa cakue, (ini dia yang membedakan sama bubur ayam lainnya) cheesetick dan ayam yang  dipotong kotak-kotak. Rasanya…kaya yang saya bilang tadi, endang markonah..!!!!! Gambarnya minjem dari sini ajah, exactly the same dengan yang saya makan malam itu (misi mbak em, saya minjem gambarnya).  Ngomong-ngomong soal makan bubur ayam, saya punya kebiasaan kalau makan bubur ayam, tidak diaduk atau dicampur dengan keseluruhan asesorisnya, karena buat saya agak sedikit geli a.k.a jijik kali yah, kalau melihat bubur ayamnya sudah diaduk-aduk sedemikian rupa sampai wujudnya sudah tidak begitu jelas lagi. It really turns my appetite off ketika melihat wujud bubur yang seperti itu, jadi seperti biasa, kalau sudah datang ke tempat seperti ini, saya pasti pakai kacamata kuda alias tidak tengok kanan kiri lagi, daripada saya hilang selera. Untungnya si bibib juga sudah mengerti, jadi kalau makan disebelah saya, dia mulai membiasakan dirinya untuk tidak mengaduk-aduk buburnya lagi (thank you, bibib!).

Ah, sakit itu memang tidak enak. Membosankan, karena rutinitasnya hanya berkisar pada bangun, makan plus menelan pills yang rasa dan baunya ga enak sama sekali, dan tidur lagiiiiii di tempat yang itu-itu saja. Tapi senangnya, keadaan sakit beginisaya malah dapat bahan buat postingan ini. Hehehehehe,……. So, gak papa deh, libur membawa flu, flu membawa inspirasi…..yipeeeeee….